Oleh : Wiko Rahardjo
Siapa tak kenal maka ia tak sayang. Ungkapan ini pas menggambarkan pengenalan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Artinya, agar generasi muda menyayangi dunia Iptek, mereka jauh-jauh hari harus dikenalkan dengan Iptek. Sayangnya, upaya mengenalkan Iptek di usia dini ini masih minim.
Puluhan siswa dari Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) itu terlihat memadati aula gedung Kementrian Riset dan Teknologi (Menristek) Jakarta. Mereka riuh bermain dan bercanda satu sama lain.Tawa riang menghiasi wajah mereka.
Bahkan ketika Kusmayanto Kadiman, Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek), mulai berbicara di tengah-tengah mereka, suasana tetap riuh. Beberapa anak bahkan dengan berani mendekati Kusmayanto. Mereka kemudian menghujani Kusmayanto dengan berbagai macam pertanyaan.
”Pak menteri, apa sih teknologi itu?” kata salah satu dari mereka. Anak yang lain pun tak mau kalah bertanya, ”Apa itu kreativitas, apa itu inovasi?”
Tak puas sampai di situ, siswa lain pun mengajukan pertanyaan, ”Apa itu pemanasan global?” dan ”Siapakah Einstein ?” Dengan tanggap, Kusmayanto pun menjawab satu per satu pertanyaan para siswa tersebut dengan telaten.
Sementara itu, di ruangan lainnya, puluhan anak-anak juga terlihat mengerubuti beberapa alat peraga teknologi yang dipamerkan. Salah satunya adalah Asti, siswa kelas satu dari salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) swasta di Jakarta.
Ia terlihat begitu tekun memperhatikan alat simulasi gelombang elektronik dan robot-robot buatan. ”Saya penasaran bagaimana robot-robot itu bekerja,” katanya kepada Samudra.
Pesta Iptek
Seperti itulah gambaran yang terekam ketika berlangsung ajang Pesta Ilmu dan Teknologi atau Pesta Iptek 2008 yang digelar awal Agustus lalu. Ajang ini baru pertama kalinya diselenggarakan oleh Kementrian Riset dan Teknologi sebagai rangkaian kegiatan dalam memperingati Hari Teknologi Nasional yang ke-13 dan Satu Abad Kebangkitan Nasional.
”Ternyata keingintahuan anak-anak kita terhadap perkembangan teknologi begitu besar,” jelas Kusmayanto kepada Samudra. Menurutnya, rasa keingintahuan tersebut sudah sepatutnya difasilitasi dan diarahkan dengan benar.
Menristek mengungkapkan, selama ini anak-anak cenderung menganggap Iptek sebagai bidang yang sulit dipahami dan rumit untuk dipelajari. Sehingga sangat sedikit siswa yang tertarik untuk menggeluti bidang ini lebih dalam.
”Padahal, selama ini mereka berkembang dalam arus kemajuan teknologi yang pesat. Nyatanya banyak dari mereka yang tidak sadar akan hal itu,” tegasnya.
Salah satu faktor penyebabnya adalah minimnya bimbingan dan didikan yang diberikan oleh orangtua dan guru mereka. ”Akhirnya mereka tidak sadar jika televisi, sepeda, komputer, atau mainan yang mereka gunakan adalah juga bentuk teknologi,” jelas Kusmayanto.
Jika sejak dini dikenalkan kepada Iptek, ke depannya diharapkan bisa memicu kreativitas anak-anak untuk menghasilkan suatu teknologi baru. Kusmayanto mencontohkan beberapa prestasi yang sudah pernah diraih oleh siswa-siswa Indonesia dalam ajang adu pengetahuan di tingkat internasional.
”Anak-anak kita sudah beberapa kali meraih gelar juara Olimpiade Fisika dan Matematika atau Ilmu Pengetahuan Alam,” katanya. Hal ini, menunjukkan anak-anak Indonesia sebenarnya bisa lebih unggul dari anak-anak negara lainnya.
Iptek Untuk Semua
Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Carunia Mulya Firdausy, MA, APU, Deputi Menteri Negara Bidang Dinamika Masyarakat menambahkan, berbagai prestasi yang sudah ditoreh anak-anak Indonesia itulah yang menjadi konsep atau ide diadakanya Pesta Iptek bagi anak-anak dan remaja,” ujar Carunia yang juga Ketua Pelaksana Ajang Pesta Iptek 2008 kepada Samudra.
Dalam Pesta Iptek kali ini, tema yang diangkat adalah Kreativitas dan Inovasi Anak dan Remaja. Wajar jika kegiatan yang diadakan mengacu kepada berbagai macam upaya memicu kreativitas anak.
Acara ini dimerihakan dengan kegiatan Science for all atau Iptek untuk semua. Di situ dihadirkan dialog interaktif antara para tokoh iptek dengan anak-anak dan remaja. Ada juga Iptek go green, yaitu program yang mengusung citra Iptek berwawasan lingkungan.
Khusus untuk remaja, dalam ajang ini juga digelar Digital creativity for begginers. Di situ diberikan pendidikan fotografi bagi pemula.
”Sebagai nara sumbernya, kami mengundang beberapa peneliti dari Pusat Peraga Iptek, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), komunitas, lembaga swadaya masyarakat, dan aktivis lingkungan,” kata Carunia. Cara-cara penyampaiannya pun cenderung sederhana.
Misalnya saja, untuk pengenalan global warming (pemanasan global) bagi anak-anak TK dan SD, para pemandu mengemasnya dengan bentuk story telling. Yaitu dengan cerita dan dongeng dengan gaya bahasa yang mudah dipahami. Mereka juga diajak menyaksikan film-film dokumenter.
Ada lagi program mind mapping dan Super brain memory. Progam ini memadukan unsur pendidikan dan lomba. “Melalui lomba-lomba yang diadakan kita berusaha mengasah otak mereka dalam bidang Iptek,” kata Carunia.
Dengan banyaknya elemen yang terlibat dan aneka macam lomba yang digelar, menurutnya, ajang Pesta Iptek 2008 ini bisa menjadi inspirasi positif bagi anak dan remaja untuk lebih mengembangkan kreativitasnya. “Ke depan kita berharap bisa melahirkan banyak peneliti unggul yang mampu menemukan teknologi baru sehingga bermanfaat bagi masyarakat luas,” harap Carunia.
Harapan itu tentu saja bisa terwujud jika berbagai upaya mengenalkan Iptek ke anak-remaja itu rutin digelar. Sebaliknya, minimnya pengenalan Iptek seperti yang selama ini terjadi akan menyulitkan mereka mengakrabi Iptek.
|